Ciri-Ciri Bakteri


Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan

Otak Kecil (Cerebellum)


Otak kecil (Cerebellum) merupakan bagian terbesar otak belakang. Otak kecil ini terletak di bawa lobus oksipital serebrum. Otak kecil terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-lekuk. Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

Mengapa Gelembung Bulat?

Coba kita pikir pertanyaan di atas, dan coba Anda bayangkan bagaimana seandainya gelembung sabun tersebut berbentuk persegi. Gelembung-gelembung bundar berbentuk bola, terbentuk karena adanya suatu gaya tarik menarik yang disebut dengan tegangan permukaan yang menarik molekul-molekul air sekuat mungkin untuk membentuk kelompok-kelompok. Dan pengelompokan yang sekuat mungkin antara sejumlah partikel hanya mungkin terjadi apabila mereka membentuk sebuah bola. Di antara semua bentuk yang ada seperti kubus, piramida, dan sebagainya, hanya bentuk bola atau bundar yang memiliki luas sebelah luar paling kecil.

Ketika Anda meniup air sabun dari sebuah pipa kecil, maka tegangan permukaan air akan mencari luas permukaan yang paling kecil. Maka kemudian terbentuklah bola. Andai kata Anda dengan tidak sengaja membuat air terperangkap di dalamnya sehingga membuat air sabun akan terus menyusut membentuk sebuah titik bola padat, seperti yang terjadi pada tetesan hujan.

Cobalah untuk meniupkan lebih banyak udara ke dalam gelembung air sabun tadi, maka yang terjadi adalah air sabun akan terus memperluas permukaannya untuk menyeimbangkan tekanan dari dalam, tetapi permukaannya akan semakin tipis karena memang persediaan air memang terbatas, sehingga pada suatu titik tertentu tegangan tadi tidak sanggup lagi untuk menahan tekanan udara dari dalam, sehingga membuatnya menjadi pecah.

Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa kita harus menggunakan air sabun untuk membentuk gelembung ? Air sabun mempunyai khasiat khusus mengurangi tegangan permukaan air. Zat pembersih ini membuat tegangan permukaan air cukup elastis untuk dapat ditarik dan dapat diregangkan membentuk wujud tiga dimensi.

FAKTA TENTANG SPERMA

Ada banyak mitos tentang sperma yang ada di sekitar dan dianggap sebagai pengetahuan umum. Sebagian di antaranya benar, namuan ada pula yang tidak berdasar. Dengan berbagai alasan seperti rasa malu, banyak orang yang tidak mengajukan berbagai pertanyaan seputar sperma kepada ginekologis.

Simak 10 mitos dan fakta yang berkaitan dengan sperma seperti dikutip dari Genius Beauty berikut. 

1. Sperma bisa dijadikan zat kosmetik unik dengan efek peremajaan tubuh 
Sperma memang mengandung unsur berguna bagi tubuh bila berada di lingkungan yang sesuai. Namun, pada beberapa orang, sprema menimbulkan reaksi alergi.


2. Berapa lama pria tidak melakukan seks bisa dilihat dari warna sperma 
Beberapa hal dapat dideteksi dari warna. Kita bisa menentukan jumlah dan konsentrasi yang akan mempengaruhi warna sperma. Makin banyak dan padat bentuk sperma, menandakan jumlah sperma makin besar dan kemungkinan si pria sudah lama tidak bercinta.


3. Rasa sperma tergantung asupan makanan 
Dalam beberapa hal benar yang bergantung pada asupan makanan manis atau pedas. Namun, sperma memiliki citarasa tersendiri yang dapat memblokir rasa lainnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkHaZ0itF6og9hrajFffXzhbE-sxYGnN6cPTx7OYTn7P8gp9BPmRJGmkvICsRoClgVdPS0keBcmxNPDA03sOhsLS7P5HSEOJx4VVSS7mrReEHi0ID1MqVD4DvrlN9w8z1aL-TQ3sf9Cplc/s400/sperma_buatan.jpg
4. Konsumsi alkohol mempengaruhi sperma
Alkohol mempengaruhi sperma secara tidak langsung. Konsumsi alkohol berlebih secara teratur akan mengurangi potensi reproduksi pria.

5. Menahan diri tak melakukan hubungan seks dapat meningkatkan jumlah sperma
Benar, namun jangan berlebihan. Pria harus mengeluarkan sperma setelah 7-10 hari atau kinerja sperma akan menurun. Hubungan intim sebanyak dua kali seminggu mendekati hari-hari ovulasi adalah waktu paling sempurna bila menginginkan kehamilan.

6. Kualitas sperma menurun seiring usia yang bertambah tua
Dari segi kualitas, sperma umumnya tidak berubah, namun dari sisi kemungkinan untuk membuahi sel telur semakin menurun.

http://dotproductions.files.wordpress.com/2010/04/sperma2.jpg

7. Memakai pakaian ketat tidak sehat
Pakaian ketat akan mengurangi aliran darah ke testis sehingga membuat testis panas. Akibatnya jumlah spermatozoon (benih sperma) dilepaskan selama ejakulasi lebih rendah. Sehingga pria disarankan untuk memakai pakaian dalam yang longgar.


8. Proses produksi spermatozoon membutuhkan lingkungan dengan suhu 3-5 derajat di bawah suhu tubuh.

9. Tubuh manusia memproduksi 70-150 juta spermatozoon tiap hari

10. Kecepatan spermatozoon saat ejakulasi mencapai 18-45 km/jam

BUMI SEMAKIN BERGERAK KE UTARA

Saat Anda membaca artikel ini, permukaan bumi di bawah Anda bergerak secara perlahan-lahan menuju ke kutub utara. Menurut sejumlah ilmuwan, pergeseran ini lebih besar dibandingkan dengan yang mereka perkirakan. Akan tetapi, di luar efek minor pada satelit, tidak ada efek signifikan yang akan terasa.



Peneliti menemukan, pergeseran massa air di seluruh dunia, dikombinasikan dengan apa yang disebut dengan post-glacial rebound, telah menggeser permukaan bumi dari pusatnya sebanyak 0,035 inci atau 0,88 milimeter per tahun ke arah kutub utara.

Post-glacial rebound merupakan efek balik dari permukaan padat bumi terhadap berkurangnya gletser dan hilangnya beban berat. Dengan berkurangnya gletser pada akhir jaman es, tanah di bawah es mulai naik dan terus naik. Untuk itu, seperti sudah diperkirakan, lapisan padat di permukaan akan bergerak ke utara sebagai efek dari pusat massa planet.

http://2.bp.blogspot.com/_PeIaH1FSpnI/S87WuLZdlSI/AAAAAAAAACs/ubvTlYu7Wgo/s1600/global_warming1.jpg

Saat menghitung perubahan ini, para ilmuwan mengombinasikan data gravitasi dari NASA dan satelit German Aerospace Center Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) yang mengukur pergerakan permukaan bumi lewat GPS dan model yang dikembangkan oleh Jet Propulsion Laboratory (JPL) milik NASA yang memperkirakan massa samudra di atas setiap titik di dasar samudera.

Xiaoping Wu, peneliti JPL di Pasadena, California memperkirakan, penyebab utama pergeseran permukaan bumi adalah karena melelehnya lapisan es Laurentide, yang menyelimuti sebagian besar Kanada dan bagian utara Amerika Serikat di jaman es lalu.

“Temuan baru ini ternyata jauh lebih besar dibandingkan perkiraan terdahulu yang hanya 0,019 inci atau 0,48 milimeter per tahun,” kata Wu, seperti dikutip dari Livescience, Selasa (28/9).

Meski demikian, Wu menyebutkan, pergerakan permukaan ke arah atas tidak akan mempengaruhi kehidupan di bumi. “Pergeseran itu kurang dari satu milimeter per tahun, jadi tidak berpengaruh,” kata Wu. “Beda halnya jika pergeseran mencapai 1 sentimeter. Itu akan menghadirkan perubahan yang signifikan,” ucapnya.

Walaupun pergerakan lempeng tidak mempengaruhi kehidupan manusia sehari-hari, pergeseran ini akan berpengaruh pada pelacakan satelit dan pesawat luar angkasa.

“Satelit di orbit mencatat informasi dari luar angkasa dan berkorespondensi dengan instrumen yang ada di permukaan bumi,” kata Wu. “Pergerakan ini akan berpengaruh pada bagaimana kita melacak pesawat atau satelit tersebut,” ucapnya.

Laporan terbaru seputar pergeseran permukaan bumi tersebut dibuat oleh para peneliti dari JPL, Delft University of Technology di Belanda, serta Netherlands Institute for Space Research. Hasilnya dipublikasikan pada jurnal Nature Geoscience edisi bulan ini.